MEMOAR MASA LALU



Hampir pukul dua dini hari. Dan seperti biasanya, aku masih belum juga bisa memejamkan mata. Ini sudah kali kesekian aku terjaga hingga larut selama beberapa bulan terakhir. Sangat mengganggu sebenarnya, karena biasanya aku baru bisa terlelap setelah shubuh yang tak begitu khusu' sampai sang bagaskara merangkak naik ke seperempat dinding hari. Dan tentu saja, semua jadwal aktifitasku menjadi kacau berantakan. Bahkan sudah hampir dua minggu ini pekerjaanku terbengkalai karena bangun terlalu siang.

Untuk waktu yang lama aku hanya terbaring diatas ranjang, terdiam sambil menerawang setiap sudut kamar, berharap rasa lelah sudi untuk singgah. Namun realitanya, senandung satwa malam selalu mampu mengusir lelah yang sedari tadi sangat kuharapkan. Dan sialnya lagi, suara berisik kucing kawin juga tak mau kalah mendukung kebiasaan burukku yang perlahan menjadi candu. Ya, terjaga sepanjang malam. Sangat menyebalkan.

Aku memang bukan pengingat yang baik, tapi pada titik tertentu memori tentang masa lalu terlintas di benakku. Aku masih ingat saat bapak mengajakku ke kebun kami setiap hari minggu. Beliau selalu menggendongku diatas punggungnya. Dan saat itu aku akan bernyanyi riang sambil mendekap erat tubuhnya. Tak penting lagu apa yang ku nyanyikan karena aku masih terlalu kecil untuk mengingatnya. Yang ku tahu, aku merasa bahagia dan nyaman ketika itu.

Mulut mungilku tak akan bisa berhenti untuk berceloteh, aku akan menanyakan setiap hal yang kutemui sepanjang perjalanan; mulai tentang burung-burung yang berkicauan, sampai tentang gunung-gunung yang terlihat kebiruan dari kejauhan. Bapak dengan senang hati akan mendengarkan ocehanku, lalu menjawab semuanya dengan sebuah senyuman.

Dan malamnya, saat gelap perlahan merayap menelan senja, aku akan meminta bapak menepuk-nepuk pantatku agar aku segera tertidur, karena aku tak akan bisa terlelap jika tidak begitu. Tentu saja beliau dengan senang hati akan melakukannya untukku. Biasanya bapak juga akan melantunkan lirih sebuah tembang jawa yang aku sudah lupa bagaimana beliau melantunkannya ketika itu. Ajaibnya, tak butuh waktu lama rasa kantuk perlahan akan menggerogoti kesadaranku hingga habis tak tersisa. Dan saat itu, rangkaian gerbong kereta akan datang, lalu membawaku memasuki lorong-lorong indah dalam alam bawah sadarku.

kini, setelah melewati tahun-tahun sulit sesudahnya, aku mulai merindukan moment itu. Sudah hampir dua dekade yang lalu kawan, aku masih sangat kecil ketika itu. Seandainya aku mempunyai sebuah mesin waktu mungkin aku lebih memilih hidup dimasa lalu, karena aku bisa menjadi apapun yang aku inginkan dengan bantuan imajinasiku yang tak terbatas. Aku tak perlu memikirkan urusan orang dewasa yang menguras segalanya. Dan sayangnya, waktu yang terbuang tak akan bisa kembali. Seperti air yang mengalir, kita tak akan bisa menyentuh air yang sama di tempat yang sama.

Sudah pukul 4.12 fajar, aku harus segera mengumpulkan kesadaranku lalu beranjak dari tempat tidurku.



MEMOAR MASA LALU MEMOAR MASA LALU Reviewed by ADIB RIYANTO on 04.39.00 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.