Gadis manis dengan senyum bidadari.

Untuk gadis manis dengan senyum bidadari.

Saat kau membaca cerita ini. Di sebuah ruangan berwarna krem dengan setumpuk kertas, atau sembari duduk di kursi malasmu dengan aroma cappucino yang menguar seperti pagi itu, mungkin usia rinduku sudah memasuki hari ke-89229.

Aku tak pernah merasakan rindu sepekat ini sebelumnya. Rindu yang menggebu-gebu, rindu yang serupa parasit, selalu ada di mana pun aku berada. Tapi aku tak pernah menyesalinya karena itu artinya hatiku masih berfungsi dengan normal: aku masih bisa merasakan rindu pada senyum bidadari yang kau miliki. Aku sedang tidak mengada-ada, bukankah ada orang-orang semacam itu di republik ini? Mereka masih mempunyai hati tapi tidak bisa merasakan apa-apa. Mereka mempunyai hati tapi juga tidak mempunyai hati.

Barangkali kau masih ingat saat kita menikmati senja yang muram di tepi pantai berpasir putih yang gaduh oleh karang yang memecah ombak, lantas kau kecewa karena senja tak seperti yang kau bayangkan; kelam, tanpa jingga dan semburat keemasan yang selalu kau harapkan. Sejak saat itu aku berjanji pada diriku untuk melukiskan senja dengan  kesederhanaan kata-kata.

Kau adalah angan-angan yang setiap malam ku impikan, adalah hujan pada kemarau panjang yang setiap rinainya memberi kehidupan, adalah pelangi yang memberi  warna pada cakrawala, kau adalah senja. Ya, kau adalah senja yang selalu kukagumi, senja yang selalu kulukiskan dalam kesederhanaan kata-kata. Kau adalah alasanku memelihara senja di labirin otakku.

Mungkin orang-orang menganggap aku gila. tapi biarlah, mereka berhak menilaiku seperti itu.

Rinduku sudah berusia 89229 hari ketika aku menjadi pengecut yang paling pengecut di dunia ini. Bagaimana tidak, aku hanya berani sembunyi di balik layar smartphone untuk sekedar memandang potretmu. Wajah tirusmu yang tampak lelah dan ada sedikit kerutan di ujung kedua matamu, seperti ada beban yang tertahan di dalamnya. Tapi senyummu masih manis seperti dulu, gigi-gigi putih berderet rapi, hidung mancung seperti perosotan, mata bening berbinar, dan aku yakin kau masih orang yang sama seperti saat itu. Dan aku sudah cukup bahagia melihatnya.

Mengamati semua akun media sosialmu dan membaca semua status-statusmu yang luber di timeline facebookmu adalah caraku mengobati rinduku. Rindu yang perlahan memenuhi rongga otakku dan seolah menjelma menjadi parasit.

Ah, terdengar bodoh memang, tapi itulah yang terjadi. Bagiku, tak ada hal yang benar-benar membahagiakan selain memandangmu dengan senyum manis yang terukir di raut wajahmu. senyum itu adalah senyum yang tercipta dari jingga yang lembut di ufuk barat sana. Dan aku selalu menyukainya karena itu adalah senyum terindah di muka bumi ini. Sebuah senyum bidadari. Bahkan lebih dari itu, bidadari akan merasa iri dengan senyummu. 
Gadis manis dengan senyum bidadari. Gadis manis dengan senyum bidadari. Reviewed by ADIB RIYANTO on 23.48.00 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.