MALAIKAT

Malam beranjak larut, jarum jam menunjukkan tepat pukul sepuluh tapi langit masih belum sudi mematikan kran airnya sejak siang tadi selepas dzuhur yg murung. Langit yg biasanya ramai oleh gemintang, malam ini menjadi senyap seperti lorong-lorong labirin gelap tak berujung yg di dalamnya terdapat MINOTAURUS, makhluk mitologi yunani, seekor monster besar dg lubang hidung menggelembung dan mata merah menyala-nyala yg siap memangsa siapapun yg bernyali memasuki daerah teritorialnya. Ya! Seperti yg ada di buku dongeng adikku yg sempat ku baca tempo hari.

Bintang-bintang mungkin sedang  bersembunyi di balik gumpalan awan pekat yg angkuh sambil bercengkrama hangat dg para malaikat, berbincang tentang aku yg sedang termenung, terkurung sendiri dalam ruangan  segi empat  berukuran tiga kali empat meter dg hiasan potongan-potongan cat berbagai warna yg tak berbentuk, jelas tak ada konsep yg pasti dalam pembuatannya, sangat abstrak, begitu lebih tepatnya. Seabstrak isi ruangan ini yg berantakan, buku dan kertas yg berserakan di lantai, baju yg berhamburan di ranjang, bantal yg bergaris-garis putih membentuk pulau di indonesia serta benda-benda tak penting lain yg menyemak di setiap sudut ruangan ini menegaskan sebuah kekacauan yg tak terencana, dan sekarang aku hanya diam di tengah kekacauan itu.

Kilat bersahut-sahutan seperti flash kamera super besar yg berebut mengambil gambarku yg menggigil dalam pelukan sarung, bak seorang artis terkenal aku hanya tersenyum kecut dan berlalu begitu saja sambil melambaikan tangan. Dan para malaikat serta gemintang yg sedari tadi sibuk berbincang tentang aku kini tertawa lepas melihat ekspresi angkuhku bersamaan dg gemuruh guntur yg memekakan telinga, ku dengar mereka berbisik pada bintang, "lihatlah anak muda ini lemah dan tak bersemangat, seharusnya ia bersyukur karena ia masih di beri kesempatan hingga detik ini." lalu ia tertawa untuk kesekian kalinya, kali ini dg tawa yg jauh memekakan telinga, petir.

"fa biayyi aalaa i robbikumaa tukaddibaan,,,," suara terbata-bata emak melantunkan tilawah membuyarkan lamunanku tentang gemintang dan para malaikat yg menertawakan kesendirianku dalam kotak ini. Awas saja, akan ku adukan kalian pada Tuhan nanti, pikirku dalam hati sambil berlalu kesal. Kenyataannya mendengar tilawah emak jauh menentramkan hati daripada harus melamunkan mereka, hal-hal absurd rekaanku sendiri dg imajinasi yg masih sangat jongkok, pasti sudah bisa di tebak, flat dan klise. Ah! Sepertinya aku sedang meracau malam ini.
MALAIKAT MALAIKAT Reviewed by ADIB RIYANTO on 08.38.00 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.