SAYONARA


cahaya jingga memenuhi langit senja itu, sedangkan warna merah tak mau kalah memerankan perannya dengan sempurna, bak dua orang penari yang melenggak lenggok diatas panggung maha luas tak berujung yang bernama semesta. Ya, setiap gerakan mampu membius setiap penikmatnya. Tapi sang baskara hanya terlihat murung di balik punggung bukit mengisyaratkan kesedihan pada hari yang melelahkan, sebentar lagi untuk waktu yang tak lama gemintang akan segera menggantikanku, mungkin seperti itu yang terlintas di benaknya, pikirku mencoba menerka.

Pandanganku menerawang jauh pada sekumpulan pipit yang sedang asyik terbang ke peraduan untuk mengistirahatkan sayap mungil mereka yang sudah terlalu payah menyusuri setiap jengkal bumi tempat ku berpijak kini untuk sekedar mencari beberapa butir bulir yang di takdirkan Tuhan untuk menyambung kehidupan mereka yang sederhana tanpa kepura-puraan.

"Jadi kamu pasrah dengan semua ini?" tanyaku lirih.
kamu hanya diam sambil mengaduk memainkan es krim rasa cappucino kesukaanmu yang belum sempat kamu minum, dan sepertinya kamu tak berniat meminumnya kali ini.

"Sekarang aku tahu kenapa selama ini kamu tak pernah berjanji padaku" ucapku. mungkin kamu sengaja tak mau berjanji karena tahu hal ini akan terjadi atau mungkin aku hanya sebuah opsi terakhir.

"Tapi aku tak punya pilihan lain." jawabmu pelan.

"Oh ya? setiap manusia selalu mempunyai sebuah pilihan, yang membedakannya hanya ia mau menggunakan pilihan itu atau membiarkannya tenggelam dalam kubangan ketakutan." ujarku dengan nada tinggi. Matamu terlihat berkaca-kaca mendengar perkataanku.

"Maaf selama ini aku membiarkanmu berjuang sendiri." ucapmu seraya tertunduk lesu.

Untuk waktu yang lama suasana menjadi hening, tak ada suara yang terdengar lagi olehku kecuali suara rintik hujan yang perlahan membasahi jalan aspal yang terlihat berasap. Dari dalam kafe ini terlihat jelas senja yang mulai sirna di telan sekumpulan awan pekat yang membawa butiran-butiran air yang menghidupkan. Sedangkan aku masih belum mampu mengatakan apapun, tubuhku sedikit bergetar.

"Tidak, seharusnya aku yang meminta maaf karena terlalu egois dan memaksakan ego yang terlalu menguasai diriku, tapi setidaknya aku sudah menunjukkan i'tikad baikku dan berjuang semampuku untuk hal yang ku anggap layak untuk di perjuangkan, jika memang semua tak sesuai dengan harapan, mungkin ini memang yang terbaik." ujajarku lirih dengan senyum palsu yang tersungging, mencoba menutupi kesedihan yang mulai menyeruak, membuncah dalam hati.

Aku berdiri sambil mengularkan tangan kearahmu, dan seperti dugaanku kamu hanya diam tak menghiraukan uluran tanganku.

"Kamu baik-baik ya dengan dia, jangan lupa jaga kesehatan dan kurangi makan mie instan." selorohku sambil berlalu pergi memacu sepeda motorku menerobos hujan yang semakin bersemangat menghujam tanah, meninggalkanmu yang masih tertunduk lesu.

Aku tak mau menangis di depanmu, biar saja hujan yang meminjamkan bahunya untukku. Aku tak mau menengok ke belakang, kearahmu yang sudah membuat sebuah pilihan lain, sayonara....
SAYONARA SAYONARA Reviewed by ADIB RIYANTO on 20.44.00 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.