NADA SUMBANG


Wajahmu terlihat kacau malam ini, seperti langit di luar sana. Suram, tertutup mendung yang sedari tadi mengepung seantero angkasa di negri antahbrantah ini. Suara gemericik gerimis semakin membuatmu gelisah, terdiam, meringkuk dalam ruangan 3X4 meter yang mulai pengap di penuhi ribuan kenangan yang perlahan menyeruak memenuhi ruangan sempit itu, berdesakan berebut untuk keluar.

Mungkin kau sedang menyesal sekarang, karena telah memilih hati yang salah. Mungkin juga kau sedang memaki dirimu sendiri karena telah membiarkan perasaanmu di permainkan, di bodohi oleh seseorang yang sangat kau percaya. Pasti kau sangat kecewa karena sekarang ia sedang tertawa lebar melihatmu terjerumus dalam ketololanmu. Dan sialnya tak ada aorang lain yang layak untuk kau salahkan kecuali dirimu sendiri.

Sejujurnya aku ikut sedih melihatmu seperti ini kawan, tapi di sisi lain aku juga ingin sekali menertawakan kekonyolanmu sekarang. Bukankah bukan sekali ini saja kau di landa situasi yang hampir sama seperti ini? seharusnya kau punya formulasi khusus untuk mengobatinya, bukan terus-menerus terpuruk dengan penyesalan yang tak akan ada habisnya ini. Aku masih ingat berkali-kali kau menyuruhku untuk belajar pada masa lalu, tapi kenyataannya sekarang? kau yang tidak pernah belajar pada masa lalu.

Waktu tak akan berjalan mundur dan menghampirimu dengan senyum terkembang, kemudian membawamu kembali ke masa lalu untuk mencegah hal yang kau anggap sebagai bencana ini terjadi. Berhentilah menjelma menjadi Qais yang gila karena layla, karena kau hanya akan terlihat semakin konyol. Sisa hidupmu terlalu berharga untuk meratapi proses pendewasaan ini, dan tentunya masih banyak hal bermanfaat yang bisa kau lakukan selain bersikap seperti seorang pengecut. 

Aku sudah cukup lama mengenalmu. Dan seingatku kau bukanlah orang yang percaya pada sebuah kebetulan. Semua sudah tertulis rapi di Lauhil Mahfud, Kita hanya perlu melakukan yang terbaik yang kita bisa, itu yang kau katakan beberapa bulan yang lalu. Lantas kenapa semua bisa berubah 180 derajat?

Lihat saja, langit masih tetap berdiri tegak tanpa satupun tiang penyangga, pun sang baskara masih setia terbit dari ufuk timur. Ini bukan kiamat kawan, ini hanyalah sebuah hal kecil yang kau besar-besarkan, semoga kau lekas sembuh.




NADA SUMBANG NADA SUMBANG Reviewed by ADIB RIYANTO on 23.23.00 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.