LILIN ABADI


Sudah dua hari ini bapak sakit, saya menjadi khawatir karena tidak biasanya beliau sakit dan tidak berselera makan seperti ini. Biasanya jika beliau sakit dia tetap berselera makan layaknya orang sehat. 

Tapi mukanya benar-benar pucat kali ini. Batuk tak henti-hentinya menyerang tenggorokannya, seperti malam ini misalnya.

Malam sudah sangat larut tapi beliau masih belum juga bisa memejamkan mata, ia terlihat tersiksa karena batuk yg tak memberikan kesempatan untuk beristirahat barang sejenak saja, suhu tubuhnya mencapai 39 derajat celcius. Kemarin saya membawanya ke puskesmas, kata pak mantri yg memeriksanya beliau hanya kelelahan dan membutuhkan sedikit waktu untuk beristirahat, setelah meminum obat yg di berikan pasti beliau akan segera sembuh. Tapi meskipun begitu, saya tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran yg yg sedari semalam mengganggu fikiran saya, karena beliau terlihat benar-benar kesakitan kali ini.

Bapak adalah seorang pendiam, kolot, dan keras kepala. Itu membuat hubungan kami kurang begitu harmonis karena minimnya komunikasi yg terjalin. Kami hanya bicara tentang hal yg benar-benar penting, selebihnya beliau tetap diam tanpa kata. Saya tahu beliau menyayangi kami dalam diam.

pernah suatu ketika saat saya masih merantau di surabaya, saya mendengar kabar jika bapak sedang terbaring sakit seperti saat ini. Beliau selalu menyebut nama saya kata emak yg saya hubungi lewat telepon waktu itu. Tapi bapak selalu menolak bicara jika saya ingin bicara. Entahlah beliau memang selalu begitu.

sebenarnya hubungan kami sempat membaik beberapa bulan yg lalu saat saya mengenalkan wanita yg saat itu menjadi pacar saya kepada beliau. Bapak terlihat sumringah, dan hari-hari berikutnya semakin banyak senyum yg teruntai di bibir hitam beliau yg terlalu sering di jejali sebatang rokok yg sudah menjadi candu sedari remaja.

Tapi senyum hangat bapak perlahan lenyap bersamaan dg kepergian wanita yg tempo hari saya kenalkan pada beliau. Kemungkin karena faktor materi. Saya tidak pernah menyangka imbasnya bisa seperti ini.

Saya merindukan senyum bapak, senyum yg sama seperti saat saya masih sangat kecil, saat beliau mengajak saya ke pasar malam dan membelikan sebuah pesawat mainan dan berkata "mugo-mugo uripmu iso miber duwur koyok pesawat iki." dan aku terdiam sambil memainkan pesawat mainan yg baru saja di belikan bapak.

semoga saya bisa memenuhi harapanmu pak.

LILIN ABADI LILIN ABADI Reviewed by ADIB RIYANTO on 21.04.00 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.